Sebuah studi terbaru di Inggris menunjukkan jeda selama satu minggu dari aktivitas media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, dapat meningkatkan kesehatan mental.
Peningkatan kondisi psikologis ini tampak dari kurangnya depresi dan kecemasan.
Penelitian itu dilakukan oleh Jeff Lambert bersama tim dari Health and Exercise Psychology and Chartered Psychologist, Department for Health, University of Bath.
Mereka mengamati perilaku 154 pengguna media sosial yang berusia 18 sampai 72 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama diminta menahan diri dari media sosial selama satu minggu.
Sedangkan kelompok kedua boleh menggunakan media sosial seperti biasa.
Hasilnya, kelompok pertama yang menahan diri dan tidak mengakses media sosial selama seminggu memiliki tanda-tanda kesehatan mental yang lebih baik.
Di antaranya denyut jantung yang lebih teratur dan lebih rileks.
Sebaliknya dengan kondisi kelompok kedua.
Program Director of Doctorate of Social Work, Tulane University School of Social Work, Tonya Cross Hansel mengatakan, hasil penelitian ini menjadi sangat penting dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang.
Musababnya, menurut dia, kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat terus menurun selama beberapa tahun terakhir.
“Kondisi kesehatan mental sangat rentan akibat keadaan medis, pengalaman kehilangan, dan tekanan yang kian besar selama pandemi,” kata Hansel seperti dikutip dari Healthline, Senin, 16 Mei 2022.
Media sosial, menurut dia, berperan besar untuk tetap membuat orang saling terhubung selama pandemi.
Hanya saja, Hansel melanjutkan, media sosial juga berpotensi memperburuk kondisi negatif yang sudah ada.
Salah satu potensi kerentanan yang dialami orang yang terus-menerus terpapar media sosial adalah bagaimana orang tersebut memahami identitas digital palsu kemudian membandingkan dengan kondisinya sendiri.
“Perbedaan antara apa yang orang lihat di media sosial dengan kenyataan yang dihadapi dapat menumbuhkan perasaan sedih karena menganggap diri tidak sesuai standar,” kata Hansel.
Pengguna media sosial, dia menambahkan, juga berpotensi mengalami perundungan dan pada akhirnya memicu gangguan kesehatan mental.
Hansel menyarankan, apabila seorang pengguna media sosial merasakan apa yang dilakukannya di dunia maya tidak bermanfaat atau dapat merusak suasana hati, maka berhentilah.
“Tinggalkan sejenak media sosial apabila itu membuatmu tidak merasa damai dan gembira,” katanya.
“Segera lakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.” Untuk mencegah seseorang mengalami gangguan kesehatan mental karena media sosial, upaya pertama yang perlu dilakukan, menurut Hansel, adalah menetapkan durasi berselancar di media sosial.
Langkah kedua, pertimbangkan apa manfaat mengecek media sosial.
Ketiga, lakukan sesuatu dengan manfaat yang lebih konkret.
Misalkan ingin bertegur sapa dengan saudara atau teman di media sosial, sebaiknya langsung menelepon atau berkirim pesan saja tanpa lewat media sosial.
Begitu juga jika ingin mengalihkan keinginan menggunakan media sosial dengan olahraga atau melakukan hobi baru.